Halo, sobat BIAS! Perkenalkan namaku Alpi Badriyani salah seorang gap year taker alumni SMA Negeri 5 Kota Bogor tahun 2021. Berharap kata selamat yang nampak di layar tetapi nyatanya kata maaf dan semangat yang terus berulang tersemat. Sedih? Sepertinya tidak perlu tanya lagi. Namun, perasaan sedih dan kecewa atas semua penolakan kian hari perlahan memudar. Introspeksi adalah hal utama yang membuatku menerima semua kenyataan. Kesalahan demi kesalahan pun berhasil kutemukan dan semoga semua itu bisa kubenahi di tahun (baru) perjuangan.
Menjadi seorang gap year taker bukanlah hal mudah apalagi jika hidup di tengah masyarakat dengan konstruksi sosial yang bisa dibilang konservatif atau terbelakang. Stigma buruk pada gap year kerap kali melekat pada seseorang yang sedang mengambil jeda untuk melanjutkan studi formalnya. Beberapa beranggapan bahwa mereka, gap year taker, adalah pengangguran terpelajar, beban orang tua, atau bahkan aib keluarga. Miris bukan? Padahal bagi orang yang sangat memaknai tahun jeda ini bisa menjadi tahun-tahun keemasan. Tahun yang mengantarkan atau bahkan membuka gerbang menuju masa depan yang matang dan penuh persiapan serta pertimbangan.
Tahun jeda ini kumaknai dengan proses yang menghidupkan. Momentum yang memang berat, dengan hanya nama tanpa identitas di belakangnya. Bukan mahasiswa, bukan pula pekerja, serta bukan pula tunakarya. Tahun-tahun terberat berbalik 1800 ketika aku menemukan tempat yang tepat untuk mengisi segala sempat. Tepat beberapa hari sebelum penolakan terakhir kudapatkan, diriku menemukan BIAS Education di salah satu laman. Syukur kuucapkan tak kiranya kepada Tuhan yang telah menunjukkan jalan dan memberikan jawaban dari setiap lantunan harap.
Selama kurang lebih sepuluh bulan, aku mengikuti bimbingan belajar dan mengikuti kegiatan dalam rangka meng-upgrade skill yang ada di BIAS Education. Program upgrading skill yang paling aku sukai adalah kelas kepenulisan ilmiah karena hal tersebut sangat berguna bagiku kini. Sepuluh bulanyang awalnya terasa begitu lama, seiring berjalannya waktu, akupun menemukan titik nyamanku. Bertemu dan berproses bersama dengan orang yang memiliki tujuan sama, yaitu lolos PTN.
Di BIAS, ada yang namanya student center. Di sana terdapat kelas-kelas yang setiap saat penuh oleh member yang sedang belajar mulai setelah subuh hingga malem. Suguhan pemandangan yang setiap hari itu pun akan selalu membuatku ingin belajar, membuka buku, dan latihan soal tanpa henti.
Sampai pada akhirnya, belajar telah menjadi kebiasaan dan hal tersebut mengantarkanku menjadi salah satu mahasiswa Bisnis Internasional Universitas Padjadjaran. Oh ya, Sejak di BIAS, aku tersadar dan sering bergumam, “Pantes aja tahun lalu gak lolos, ternyata rivalku seambis dan sekeras ini lho usahanya”