Dari SMK, aku tidak pernah berpikir untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Tetapi ketika aku telah mendekati kelulusan, ayah menyarankan agar aku melanjutkan kuliah. Saat itu, aku benar-benar tidak memiliki pengetahuan tentang dunia perkuliahan. Kemudian, ada event sosialisasi kuliah yang diselenggarakan, di mana ada banyak jalur untuk mendaftar kuliah. Aku pun memenuhi syarat untuk mengikuti SNBP, dan saat itu aku benar-benar nekat. Karena aku tidak tahu sistem penilaian mereka, alhasil aku ditolak.
Meskipun ditolak, aku masih ingin mencoba lagi pada SNBT 2022. Aku mempelajari materi yang biasanya diajarkan kepada siswa SMA, tetapi aku sama sekali tidak memahami mapel matematika. Karena di SMK, aku tidak pernah memiliki mata pelajaran matematika. Alhamdulillah, aku kembali ditolak. Meskipun merasa sedih, aku tidak ingin menyerah dan mencoba jalur mandiri lainnya. Namun, aku juga ditolak dalam upaya tersebut.
Sekitar tujuh kali aku ditolak oleh PTN pada tahun kelulusanku. Tentu, aku merasa sedih, kecewa, dan marah. Tetapi aku tidak menyerah. Aku memutuskan untuk mengambil gap year dan pergi ke Kampung Inggris di Pare Kediri. Ini adalah pengalaman pertamaku merantau, dan jaraknya sangat jauh dari orang tua. Aku belajar bahasa Inggris dan mengikuti bimbingan persiapan UTBK di Bias Education.
Memutuskan Gap Year
Selama berada di Bias, aku tinggal di camp pejuang. Aku bertemu banyak teman dari berbagai pulau di Indonesia yang baik hati. Kami memasak bersama, saling mendukung, dan terasa seperti keluarga sendiri. Aku juga bertemu dengan tutor yang selalu memberikan dukungan. Jujur, aku bukanlah siswa yang pintar. Aku pernah mendapatkan nilai TO PM: 44/1000 dan tidak pernah mendapatkan nilai TO yang tinggi. Namun, aku merasa senang diajar oleh tutor di sana. Mereka menjelaskan materi dengan cara yang membuatku menyadari bahwa matematika tidak sesulit yang kubayangkan.
Aku juga tidak terlalu ambisius, aku menyadari bahwa kemampuanku dalam matematika masih terbatas. Oleh karena itu, aku mencoba jalur langit. Aku selalu percaya bahwa Allah sangat baik. Ketika tiba saatnya untuk mengikuti UTBK, aku mengalami penolakan lagi. Saat itu aku merasa sedih melihat begitu banyak orang diterima melalui jalur ini. Namun, aku tidak menyerah dan mencoba lagi. Aku mendaftar secara mandiri di UNDIP, UNNES, UNSOED, dan UGM. Aku ditolak oleh UNDIP dan UNSOED. Harapanku ada di UNNES karena aku tidak ingin terlalu berharap untuk masuk ke salah satu dari tiga universitas terbaik di Indonesia.
Ketika pengumuman UNNES keluar, ternyata aku ditolak lagi. Jujur, rasanya hancur dan aku menangis sambil berteriak kepada Allah, “Terimalah aku di UGM.” Beberapa hari setelah ditolak oleh UNNES, aku melihat sebuah kata-kata di Instagram yang berbunyi, “Jatah gagalmu sudah selesai, masa sulitmu sudah usai. Sebentar lagi kebahagiaan datang, rejeki melimpah, urusan lancar.” Pada saat itu, aku ditolak sebanyak 11 atau 12 kali oleh PTN pada tahun 2022 dan 2023.
Diterima S1 Hukum UGM
Saat aku membuka pengumuman UTUL, aku sudah merasa putus asa. Aku telah ditolak oleh universitas yang peringkatnya di bawah UGM. Namun, ketika aku membuka hasilnya, aku diterima di Fakultas Hukum UGM, pilihan pertamaku. Aku merasa kagum, seolah ini tidak nyata. Aku bahkan mendapat lebih dari yang orang lain dapatkan. UKT-nya menurutku terjangkau, dan jurusan serta kampus ini adalah pilihanku. Sungguh, Allah sangat baik. Pada saat aku yakin pada diriku sendiri, banyak teman telah diterima di berbagai tempat, sedangkan aku masih ragu tempat kuliahku. Tetapi aku selalu bersabar dan yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Aku langsung berteriak dan menangis bersama ayahku, memberitahunya bahwa aku diterima di universitas besar.
Ada beberapa kata-kata yang selalu menjadi pengingat bagiku:
- “Allah itu sangat baik, Allah tidak pernah melupakan janji-Nya.”
- “Mustahil Allah membawamu sejauh ini hanya untuk gagal.”
- “Tidak peduli seberapa mustahilnya, aku akan mencapainya.”
Kesan Belajar di Bias Education
Aku tidak memiliki saran khusus terkait cara belajar, tetapi aku hanya ingin mengingatkan kalian bahwa belajar seharusnya tidak menjadi beban. Nikmati prosesnya dan yakinlah bahwa setiap proses akan membuatmu tumbuh. Yang penting adalah memiliki mindset yang benar, dan aku belajar banyak tentang cara mengatur pemikiranku di Bias Education. Yakinlah pada apa yang kamu inginkan, dan jangan takut untuk bermimpi besar.
Gagal bukanlah ketika kamu tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan atau perjuangkan. Gagal adalah ketika kamu berhenti berjuang untuk meraih impianmu, padahal Tuhan masih memberikan kesempatan dan waktu untuk mewujudkannya. Aku yakin, jika kamu percaya, berusaha, dan berserah pada-Nya, kamu bisa mencapai apa pun.
Masuk ke UGM adalah peluang yang sangat kecil, mungkin hanya 0,01% peluang yang aku miliki. Tapi aku memiliki keyakinan bahwa Tuhan dapat mengubahnya menjadi 100 bahkan 1000%. Jangan lupa untuk selalu berzikir, berdoa, dan berusaha keras dalam segala situasi. Berbuat baik kepada orang lain dan berserah pada Sang Pencipta.
Aku selalu mengatakan kepada Mba Mutia, “Mba, tunggu ceritaku, anak yang tidak suka matematika ini ya.” Setiap kali aku ditolak, aku selalu berkata seperti itu, dan Alhamdulillah, aku bisa memenuhi janjiku. Semangat untuk kalian semua! Aku menunggu kalian menjadi generasi tanpa batas pada tahun 2024, dan aku sangat antusias mendengar cerita-cerita hebat dan perjuangan kalian! Juga, terima kasih kepada orang tua, saudara, eyin, teman-teman, tutor di Pare, dan kakak-kakak yang aku temui di Pare, karena kalian telah memberikan dukungan terbaik selama masa sulitku. Bertemu dengan kalian adalah momen yang sangat berharga dalam hidupku.