Pada bulan Juli, saya lulus dari Madrasah Aliyah Negeri. Sebelumnya, keinginan untuk melanjutkan pendidikan itu minim karena di lingkungan saya rata-rata adalah para pekerja buruh dan petani. Keinginan orang tua, agar saya melanjutkan untuk masuk ke perguruan tinggi (swasta/negeri).
Pada seleksi pertama untuk masuk PTN, saya nekat tanpa bekal belajar sama sekali. Akhirnya saya belajar untuk mengikuti seleksi mandiri di perguruan tinggi negeri, dan 9 PTN menolak saya di tahun 2022. Akhirnya, dengan perasaan pasrah, orang tua saya ingin memasukkan saya di salah satu PTS di Yogyakarta.
Memutuskan untuk Gap Year
Karena pandangan saya tentang kuliah masih terlalu minim, akhirnya saya memutuskan untuk gap year. Di satu sisi, bapak saya tidak setuju dengan keputusan saya, karena tidak mau waktu 1 tahun saya terbuang begitu saja. Sedangkan ibu saya menyetujui keputusan saya untuk gap year. Akhirnya, dengan bantuan ibu saya, bapak saya setuju dengan tujuan saya untuk gap year.
Dengan bantuan kakak saya yang menyarankan untuk pergi ke Pare (kampung Inggris), karena minim informasi, orang tua saya meminta bantuan kepada sanak saudara saya yang ada di Kediri. Dengan bantuan kakak saya di Kediri, saya bisa belajar di Bias Education dengan teman yang saling support dan saling mengerti. Pada pertengahan pembelajaran, pandangan saya tentang kuliah pun mulai bertambah.
Seseorang yang hanya memikirkan tentang lulus sekolah untuk bekerja akhirnya terbuka untuk kuliah. Mendapatkan teman yang asik dan teman satu tekad untuk mengejar kampus atau jurusan yang mereka impikan menjadi motivasi bagi diri saya.
Belajar untuk Mendapatkan Kampus
Saya belajar dengan apa yang saya inginkan agar diri saya tidak terlalu terbebani oleh keadaan yang selalu mendesak. Pengalaman belajar saya selama gap year sangat seru karena mendapat teman yang sangat seru dan memiliki impian dan tekad yang luar biasa. Suatu hari saya pernah menghadapi masalah yang cukup pribadi, saya buntu dan tidak tahu arah antara mau melanjutkan di kampung Inggris atau tidak, tapi Tuhan berkata lain, akhirnya saya bisa melanjutkan lagi di Bias. Kemudian, poin kedua, pernah mengalami kesedihan karena gagal sebanyak lima kali pada ujian mandiri, tetapi berkat doa dan motivasi dari teman-teman dan tutor saya, akhirnya saya bisa mengubah kesedihan menjadi penyemangat bagi diri saya. Saya lolos jalur mandiri di Universitas Diponegoro setelah sebelumnya gagal di beberapa PTN.
Bagi teman-teman yang ingin gap year, tetaplah semangat. Jangan sampai orang-orang di sekitar yang meremehkan kalian membuat mental kalian turun, tetaplah hadapi apa yang terjadi. Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa saya tidak memilih PTS saja? Karena keinginan saya untuk kuliah di PTN sangat tinggi dan juga keinginan orang tua untuk kuliah di salah satu PTN di Indonesia. Selalu minta doa kepada orang tua, karena doa orang tua adalah segalanya. Jangan mudah menyerah karena di balik kesulitan ada kebahagiaan. Semangat for you all. Aku tunggu menjadi DipoMuda 2024.